Situ Lembang

Melanjutkan cerita tentang Situ Lembang yang ini.


Sejarah purba Danau Bandung tak dapat lepas dari Gunung Sunda. Akibat aktivitas vulkanik sekitar 2 juta tahun yang lalu terbentuk Gunung Sunda. Sebuah Gunung Berapi besar dengan ketinggian sekitar 3000 m di atas permukaan laut. Saat ini, Gunung Sunda sendiri hanya tinggal nama, ada salah satu punggung bukit sekitar Situ Lembang yang salah satu puncaknya sekarang disebut Gunung Sunda. Sisa gunung purba raksasa ini adalah punggung bukit sekitar Situ Lembang, sisi lain terdapat di sebelah utara Bandung khususnya di sebelah timur Sungai Cikapundung sampai ke Gunung Manglayang disebut sebagai Pulusari Schol, dan sisi lain yaitu bukit Gunung Putri di sebelah timur laut lembang. Sisa-sisa kaldera (kawah besar dengan diameter kurang lebih 7 km) masih bisa kita saksikan diantara Gunung Burangrang hingga Gunung Tangkuban Perahu.
Dari Bandung, jika melihat ke arah utara ada dua gunung besar, seperti foto saya ini. Sebelah kiri adalah Gunung Burangrang yang merupakan parasit dari Gunung Sunda. Sedangkan sebelah kanan yang dapat dikenali dari bentuknya adalah Gunung Tangkuban perahu yang merupakan gunung api yang terbentuk di tengah kaldera Gunung Sunda. Lava letusan Gunung Tangkuban Perahu pun kemudian menutupi dinding kaldera sebelah timur.

Sejauh ini pendapat yang beredar menyebutkan letusan Gunung Tangkuban Perahulah yang menyebabkan aliran Sungai Citarum Purba tersumbat sehingga terbentuk danau Bandung. Tetapi, Pak Bachtiar mengatakan (saat jalan-jalan ke Situ Lembang) bahwa telah ditemukan bukti letusan Gunung Sunda purbalah yang menyebabkan hal tersebut. Beliau akan mengemukakan hal tersebut dalam revisi buku Bandung Purba berikutnya (Mudah-mudahan segera dapat sponsor Pak).

Situ Lembang sendiri merupakan dasar kaldera Gunung sunda. Dari situ lembang, dapat terlihat dinding kaldera gunung sunda melintang dari arah barat ke arah timur. Situ Lembang mendapat sumber air dari hulu sungai Ci Mahi dan mata air pegunungan di sebelah utaranya. Pemanfaatan Situ Lembang sebagai penampung air dan penyuplai air bagi daerah Bandung dan sekitarnya dimulai sejak zaman Belanda sekitar tahun 1914an.
Belanda memanfaatkan ketinggian Situ Lembang dibandingkan daerah kota, dan membuat pipa-pipa yang mengalirkan air hingga ke daerah Bandung dan Cimahi. Pipa-pipa itu sendiri masih dapat terlihat hingga sekarang. Dengan dilapisi aspal untuk menghindari korosi. Karena dibuat sekitar tahun 1920-an, wajarlah sepanjang jalan banyak kebocoran sana sini. Saya sendiri tidak tahu bagaimana pengelolaan pipa-pipa tersebut.

Jangan bilang so what ya..

Pengelolaan hutan yang tidak baik, dan penggundulan hutan dapat berakibat nyata pada debit air Situ Lembang. Prinsip sederhananya: jika terjadi hujan, air tidak langsung mengalir tetapi ditahan terlebih dahulu oleh akar-akar tanaman. Jika tanaman-tanaman itu tak ada atau terjadi penggundulan hutan maka tak ada yang menahan air. Maka air langsung mengalir. Pada saat musim kemarau, kita akan kekurangan air.
Apa maksudnya pengelolaan hutan yang tidak baik? Contohnya di sekitar Situ Lembang ditanam Pinus, yang bukan merupakan tumbuhan asli daerah tersebut. Ditanam oleh Perhutani untuk diambil getahnya menjadi terpentin. Pinus mempunyai siklus hidup tertentu. Jadi, ada masa dimana pinus telah tua kemudian ditebang. Pada masa peremajaan hutan ini lah merupakan masa yang rawan. Karena sekitar 3 bulan tanah akan terbuka. Top soil/humus/kesuburan tanah dapat hilang terbawa air hujan. Padahal lapisan sekitar 30 cm itulah yang mendukung tanaman bisa tumbuh. Pada musim tanam berikutnya, dengan kesuburan berkurang, maka jumlah vegetasi berkurang sehingga kita kekurangan cadangan air.

Silakan klik berita-berita di bawah ini untuk membaca dengan jelas bahwa kekeringan membayangi daerah Cimahi jika Situ Lembang surut.

Situ Lembang Kritis
Situ Lembang Kering
dan coba saja googling sendiri

Supply air minum terutama untuk daerah Cimahi akan terganggu. Yang susah siapa? Orang Cimahi, hihihi.. Ya engga, orang Bandung juga. Menurut Oom Ben, dari sumber lain juga menyebut bahwa Situ Lembang menyuplai 10% air minum di Bandung.

Oya, saya pernah ke Situ Lembang sekitar tahun 1999, saat LDK OSIS SMA 3. Waktu itu, siang haripun dingiiiiiiiiiiiiiiiin sekali. Sembilan tahun kemudian, saya masih bisa tahan hanya memakai kaus kok. Tanda-tanda global warming ya!! Alam terus berubah, kita harus makin menyadari bahwa kerusakan alam makin menjadi.
Situ Lembang sendiri cukup asri karena merupakan kawasan militer latihan tempur. Jadi, hati-hati kalau jalan ke sana. Kali aja sedang ada latihan. Seperti cerita Dody yang turun setengah berlari saking takutnya mendengar letusan senjata dan peluru yang sebenarnya.
Kalau ada yang mau jalan ke sana. Jangan ingin instant, lebih baik tidak memakai kendaraan. Selain jalannya memang jelek (jalan bales gitu), sayang aja mengotori udara bersih di sana dengan asap kendaraan. Malahan dengan berjalan kaki, akan terasa nikmat. Jalan jauh, kemudian menemukan keindahan alam. subhanallah...

Itulah sekilas kuliah lapangan yang disampaikan Pak Bachtiar. Sebagian juga hasil browsing, cerita Benben, dan kuliah Pak Budi Brahmantyo saat Tour Gua Pawon 23 Februari 2008. Tuh kan, Tika belum cerita Gua Pawon. Next time insya Allah.

Yeah, pharmacist talks about geography and environment... Kalau ada salah dikit, harap dimaklumi.

Comments

Anonymous said…
Ini namanya good pharmacist, Teh;)

Sip! Dukung!
Anonymous said…
mbak, boleh aku comot ga blognya, buat jadi artikel buletin di himpunanku. hmmm... ngomong2 kok sebut2 pak Budi B ya, itu kan dosenku
hehehe
makasih
-isti-
swestika said…
@ isti... anak GEA?? :D
Aku pernah ketemu pak Budi Brahmantyo di Tur Gua Pawon..Sayang blm aku tulis.,, menguap deh..

artikelnya dimasukin buletin GEA.. wah.. jadi malu hihi..
Albee said…
liburan akhir tahun cocok nih ke wisata bandung yang satu ini, thank gan. nice post :)

Popular Posts