Warung Daweung eh Caringin 3

Melihat postingan Abud yang ini dan Hayyu yang ini, Defa kemudian pergi bersama teman pacar calon istrinya ke tempat yang dimaksud. Mereka berhasil makan, berfoto dan menikmati pemandangan Bandung di Warung Daweung.
Karena Defa adalah sahabat yang baik, dia mengajak aku dan Rama adikku karena takut diapa-apain ama Defa untuk melihat keindahan yang sama.
Sabtu malam itu (10/02/08) tanah masih basah karena sisa hujan sepanjang siang hingga sore harinya. Berbekal martabak asin dan jaket double kami bertekad untuk ke Warung Daweung.
Sepanjang jalan yang menanjak terus menerus, aku kesenengan karena baru melihat pekatnya malam beradu dengan lampu di cekungan Bandung. Subhanallah kegirangan sepanjang jalan sambil melihat ke belakang. Sepanjang jalan memang banyak orang, ada kafe dan warung juga, tapi kami tetap meneruskan perjalanan. Sekitar 5 km dari Jalan Suci, aku merasa sudah masuk ke daerah pedalaman. Karena kiri kanan sudah kebun dan rumah mulai jarang. Dan yang bikin keueung, ada kabut. Di rumah Cikadut juga suka berkabut, tapi belum pernah melihat yang bergerak seperti saat itu.
Dan
sampailah kami ke jalan yang tak beraspal. Jalannya itu sempit, bebatuan, menanjak dan kiri-kanan jalan terjal. Kami bertiga sama-sama berucap Bismillah. Mobil baru naik sekitar 50 m ketika tiba-tiba terdengar suara selip, mesin mobil mati, dan tercium bau asap. Suasana menjadi hening dan agak mencekam karena kabut menyelimuti kami membuat jarak pandang hanya sekitar 10 m ke depan. Mobil kemudian mundur. Defa berusaha mengendalikan mobilnya. Alhamdulillah, sampai ke awal tanjakan dengan selamat.
Defa mau mencoba lagi, tapi rasanya kok ada kereteg hati aneh. Kami kemudian memutuskan tidak jadi ke warung daweung dan mencoba pada saat selain musim hujan. Anehnya, ketika mobil berputar arah, kabut itu benar-benar hilang. Suasana menjadi biasa dalam waktu sekejap.
Kami
lalu memutuskan untuk melihat pemandangan dari Caringin 3 saja. Disebut Caringin 3 karena asalnya ada tiga buah pohon beringin besar di situ, tapi hanya tinggal satu.
Di
Caringin 3, kami bertiga makan malam di sebuah warung. Makan malam nasi, lalap dan ayam goreng seharga Rp. 10 ribu. Setelah makan, kami berfoto TENTU. Agak sulit buatku untuk mendapatkan hasil foto yang bagus. Berusaha mengubah setting kamera agar bisa menangkap sinar-sinar di bawah sana.
Walaupun Caringin 3 tidak terlalu berada di puncak, tapi kami tetap bisa melihat kerlap-kerlip lampu. Bandung itu memang bentuknya seperti danau. Lampu sepanjang jalan layang Kiaracondong terlihat membentuk garis. A Kami menikmati pemandangan itu sampai sekitar jam setengah sepuluh malam. Dingiiin... Anginnya gede dan hawanya memang dingin. Menyenangkan untukku bisa melihat wajah Bandung pada malam hari. Berharap bisa mengulangi kembali saat langit tanpa mendung. Mungkin bisa melihat bintang dan pegunungan sebelah selatan Bandung.

Keromantisan alam yang kurasakan ternyata dirasakan oleh orang lain juga. Sepanjang jalan menjadi arena kemaksiatan berdua-duaan dan gelap-gelapan saat malam hari. Sayang sekali saudara.
Btw
, 2 minggu sebelumnya aku, bapak, defa (lagi ), dan pamanku juga berniat hiking ke Caringin 3 dari rumah di Cikadut melewati daerah perbukitan Kecamatan Cimenyan. Setelah berjalan sekitar 2 jam kami kemudian memutuskan kembali karena Caringin 3 masih sekitar 5 km lagi. Harapan untuk mengetahui Caringin 3 ternyata malah terwujud beberapa minggu kemudian. Dan harapan untuk mengunjungi Warung Daweung juga insya Allah terwujud di masa datang kan?

Info:
Kalau mau ke tempat ini, masuk dari Jalan Padasuka, Cicaheum. Tempat wisata lain yang bisa dikunjungi adalah Saung Angklung Udjo.

Foto ngambil dari kamera defa:

Comments

Anonymous said…
ada sayangnya....

Sayang tanahnya basah akibat hujan.

Sayang mobilnya selip, tidak bisa terus naik ke atas.

Sayang nyaliku kecil, tidak mau mencoba naik lagi.

Sayang tidak punya kamera yang cukup untuk mengambil foto yang bagus.



ada syukurnya....

Syukur mobilnya masih bisa dikendalikan walaupun ban selip.

Syukur kita masih bisa turun dengan selamat dalam keadaan gelap gulita.

Syukur aku tidak berani naik lagi (pan bawa anak orang, klo ada apa-apa gawat kan?).

Syukur dapet tempat makan yang bisa ngeliat scenery cukup jelas.


anyway, let's go back some other time, ok?
swestika said…
ok..insya Allah, tinggal jemput aja aku ya..
Lebih baik saat musim hujan dah lewat, plus defa udah beli kamera keren ;)
Anonymous said…
kok photonya gelap yah...apa mataku saya yg udah payah?
swestika said…
hehehe... kliatan lagi, coba diklik perbesar.. suer keliatan apalagi klo komputernya baru (ky saya.. hehehe)
moko / warung daweung benar-benar keren, pemandangannya tak ada bandngannya

Popular Posts