Case one

Sejak setahun lalu, setiap bulan saya biasa dikirimi free magazine dari USA. Nama majalahnya Pharmacy Times, Practical Information for Today's Pharmacist. Temen-temen yang praktek di apotek pasti suka deh bacanya dan bakalan mupeng karena berharap ada majalah sejenis di Indonesia. Telat satu bulan sih, tapi gpp deh gratis getoo loh..
Salah satu rubrik yang saya sempat-sempatkan untuk baca adalah studi kasus. Soalnya jadi ingat masa-masa keemasan kuliah Farmakologi dan Farmakoterapi. Sekaligus menyadari kalau saya itu harus terus belajar, belajar dan belajar.
Saya bagi deh contoh kasusnya yang saya terjemahkan secara bebas, suka-suka gue.

EM, wanita 66 tahun, datang ke apotek langganannya untuk me-refill resep rutinnya dan mencari obat untuk meredakan gejala flu (tulisan aslinya adalah cold, di Indonesia common cold sudah umum disebut flu). Dia menghampiri counter apotek dan disapa oleh apotekernya (fuiiih.. asyik banget ya). Sembari si apoteker menangani resepnya, Ibu EM menjelaskan dia agak tidak nyaman karena flu yang dideritanya. Dia sebenarnya ingin membeli obat, tapi dia merasa dia sudah terlalu banyak minum obat dan malas untuk memakan satu jenis lagi.
Ketika apotekernya bertanya tentang gejala penyakit flu Ibu EM, anaknya EM juga bertanya tentang 2 produk herbal dan apakah produk tersebut dapat dikonsumsi EM untuk meredakan flunya. Produk pertama mengandung licorice dan obat kedua mengandung echinacea dan marshmallow. (Yihaa.. di Indonesia juga ada kan?)
Apoteker kemudian me-review profil pengobatan Ibu EM dan sejarah obat sebelum membuat rekomendasi. Sesuai data di apotek, pengobatan Ibu EM adalah:
- Digoxin 0.125 mg daily
- Enalapril 10 mg daily
- Furosemide 20 mg daily
- Glyburide 5 mg daily
- Ibuprofen 200 mg kalau diperlukan
Sejarah pengobatan Ibu EM ditujukan untuk penyakit CHF (Congestive Heart Failure), hipertensi, coronary heart disease, DM tipe 2 dan osteoarthritis.
Ibu EM diketahui tidak alergi terhadap obat tertentu, tetapi alergi terhadap ragweed (Ambrosia sp.).
Haruskah si apoteker merekomendasikan kedua produk tersebut untuk mengobati gejala flu yang diderita Ibu EM?

Ya, sebenarnya saya pengen langsung memberi tahu jawabannya. Tapi penasaran nih, aldi, fauzan, lutfi, ipin, ika, riris, dini, ibu Ophi, listya, defa-siapa lagi ya temen-temen farmasi yang Blogger atau yang rajin ol?- bisa mencoba memberi solusi gak ya?
(Berharap-harap cemas karena kebanyakan jarang online )
Kalau tetep gak ada jawaban, ya saya posting aja di milis 2000 deh.

Comments

Anonymous said…
Jarang-jarang liat elo nulis serius Tik :P
Anonymous said…
mmm.. sbnrnya pgn jawab tp malu kl salah..
tp gpp..
kyny ga dikasih dua2nya?
batuk ga sih? licorice kl ga salah ekspektoran? tp kontraindikasi hipertensi.
kl echinaceae lbh gede efek sugestinya bukan?
kyny kl saya bakal nyuruh ibunya tidur aja. siapa tau disana lg musim ragweed mengeluarkan isinya jd si ibu alergi,, dan gejalanya ky pilek kn kalo seasonal rhinitis (tp lbh berat sih).
-mencoba mengeluarkan sisa2 yang ada-
elle said…
mau coba ikutan jawab niy..
aga2 sok tau (udah banyak lupa soalnya..)
Saya setuju sama list, karena penggunaan obat EM sudah banyak, jadi sebaiknya ga ditambah lagi dengan penggunaan obat herbal.

Jadi gimana yang bener jawabannya niy?
Anonymous said…
taluk ah!

pertama, karena posisi right now di warnet dan bukan di pool buku markas apoteker yg kumplit ama buku2 farmasi...(utk ngeliat profil obat2an yg lg dipake si ibu EM, dan mencoba menilai tingkat keparahan CHF-nya)

kedua, karena pengetahuan sy ttg obat2an herbal jg masih terbatas. mreka mgkn relatif aman dibanding obat2an kimia, tp secara prinsip dasar bhw smua barang yg masuk ke badan berpotensi menjadi racun (dari prof.Andre tea), qta ttp ga bisa sembarangan ngasih tu obat herbal ke si ibu EM yg udah hobi makan obat segitu banyaknya.

ketiga, ga jelas tuh seberapa parah common cold-nya s ibu EM. soale klo sy mah, secara baru rada2 ngerti efek obat di badan, pas kena flu biasa ya ditahan aja barang sehari-dua hari, sugan we bisa reda tanpa obat, he...

keempat, itu ibu jenis ibu2 tipe yg mana? background pendidikan tinggi yg bisa diajak dialog? atau ibu2 yg ga mau tau, pusing sendiri klo diterangin macem2, pokonya dia dtg ke apotek utk pulang bawa obat...? hehe...
swestika said…
@ gue: gw selalu serius loh klo nulis. Setiap postingan gw tulis baik puisi, cerpen, atau curhat itu pake mikir loh. Kecuali yang labelnya iseng kali :D

@ sweet-coffee lover: ini anggi kan? hi, hi pa kabar anggi?

untuk jawaban, ditahan dulu ya.. kita tunggu dulu temen2 yg lain, dah dikirim offline message ko :D

Sebagai clue tambahan, kuncinya adalah Drug interaction;). DI kan bagian kita banget sebagai pharmacist, Ibu dan Bapak dokter ntar overload klo belajar Drug interaction juga:D.

Ayo, cari-cari dulu.. jawabannya ntar saya posting
Anonymous said…
hmmm...dah lama ngak mikir interaksi obat, dan dari dulu juga emang pengetahuan Farmakoterapi sy pas pasan...
Tapi Karena nama saya dicantumkan yah jadi ngak enak kalo ngak jawab.

Tapi tenang kita tanya sama om Google...
Dan berikut jawaban om Google dan Wikipedia:
- Pertama licorice (ekstrak dari akar Glycyrrhiza glabra) adalah ekspectoran dengan efek samping hipertensi, karena dapat meretensi garam dan cairan jadi Ibu EM yang menderita CHF jelas tidak direkomendasikan untuk mengkonsumsi licorice ini.
- Kedua echinacea, kata Wikipedia beberapa penelitian menunjukkan ekstrak ini tidak terbukti secara uji klinik mampu mengatasi gejala flu (cold). Jadi ngak recommended juga.

Begitu Teek jawaban dari saya (eh salah dari om Google dan Wikipedia he..he..)
To List: kebayang waktu belum sisanya. Untuk mengimbangi "sisanya aja" sy mesti nanya dulu sama om Google..he..he..
Anonymous said…
hwah, teek…
masa aku langsung dikasih tau jawabannya gitu…. ga asik ah...

ya udahlah, aku coba nambahin singkat dari yang laen aja yah...

1.Salah satu efek echinacea adalah sebagai immunomodulator (sebagian yg lain bilangnya immunostimulator). Secara tradisional sering dipakai untuk treatment flu (common cold). Jadi, mungkin maksud penggunaan echinacea adalah untuk meningkatkan sistem imun penderita flu. Namun, pada soal kan dibilang cuma gejala flu. Bisa jadi gejalanya disebabkan alergi (ragweed). Jadi kalo echinaceanya dimakan, allerginya ga akan sembuh, malah sensitifitasnya tambah tinggi. Jadi, lebih baik diperjelas dulu penyebab gejala flunya (musim dingin lah, ato kata listya musim ragweed kali..).

2.Kalo echinacea dalam bentuk tunggal mungkin masih bisa dipertimbangkan, tapi apabila dikombinasikan dengan marshmallow, mungkin tidak. Karena Ibu EM mendapat treatment Glyburide setiap hari, maka dengan tambahan marshmallow, dikhawatirkan kadar gula darahnya akan lebih rendah dari yang diharapkan (malah jadi hipoglikemia).
3.Licorice mah... idem deh..

Segitu aja lah...

anyway, sebagai apoteker cupu, sah-sah aja kan kalo nge-browse dulu sebelum jawab. Menurutku, saat ini qt tidak dituntut banyak untuk langsung menjawab, tapi yang penting tahu dimana harus cari jawabannya, hehe...

Kalo 20-30 tahun lagi yaa... let’s see deh... :D
Anonymous said…
Kebetulan saya juga dapat kiriman pharmacytimes sejak 2006 hingga sekarang, beberapa rusak akibat kebanjiran. Ahmad Subagiyo Website: http://www.subagiyo.com/ Email: ahmad@subagiyo.com

Popular Posts