Dua puluh enam

Memberi makna itulah yang berusaha saya lakukan pada momen ulang tahun dan akhir Ramadhan yang kebetulan hampir bersamaan. Introspeksi dan kontemplasi, saya lakukan di sela-sela kesadaran saya (baca: tidak ngantuk atau tidur) di mesjid, kantor, atau di jalan karena "hajatan" 10 malam terakhir Ramadhan ini. Ya, ya, review yang saya lakukan, semua membawa pada kesadaran ketidaksempurnaan saya. Daftar kekhilafan, kekurangan, amanah yang belum terselesaikan, pekerjaan, membuat saya berdoa semoga saya bisa semakin amanah, berintegritas, istiqamah, tawadlu, tawakal, sabar dan semua sifat baik agar menjadi hamba Allah yang lebih baik lagi.

Hidup saya dan Ramadhan tahun ini seperti roller coaster, naik turun berbalik. Saya berusaha survive. Hasil review, introspeksi atau kontemplasi itu biasanya selalu menjadi dialog menarik saya sebagai hamba-Nya, biarlah saya dan Dia yang tahu.
Dan pada titik ini saya bersyukur, Alhamdulillah.
Ah, saya kehilangan kata-kata.
Saya berdoa semoga Allah selalu memberi ridho, barokah, hidayah, rahmat, lindungan-Nya dalam setiap helaan nafas saya hingga tarikan nafas terakhir.

Oya, saya membaca postingan saya saat berusia 25 tahun dan 24 tahun.
Saya tersenyum dan melihat hari ini. Hari ini tidak pernah saya khayalkan akan seperti sekarang ini. Khayalan saya memang tak seujung kuku-pun indah jika dibandingkan indahnya skenario yang Allah siapkan dalam hidup saya yang sebenarnya. Orang yang memiliki kedudukan spesial di hati saya saat ini tak tersebutkan di artikel saya saat berusia 25 tahun.

Jazakallahu khoiro abang, untuk doa yang abang bisikkan tanggal 18 September 2009 jam 00.00 WITA. (Bahkan ibuku yang ada di sampingku aja kalah cepet haha).