Apoteker Perang



Sedikit berkaitan dengan postingan sebelumnya.


Saya mengajukan pertanyaan untuk diri saya sendiri. Sebagai apoteker, akan bergunakah saya jika dikirimkan ke desa pedalaman nun jauh, atau di medan perang, atau pada situasi darurat?

Hal itu terpikir jauh di dalam benak saya, mungkin karena hal-hal berikut ini:
- Membaca buku Trio Detektif dan Lima sekawan, menginisiasi jiwa petualangan gitu loh.
- Membaca Novel tentang perjuangan saat Bandung Lautan Api, poho judulna.
- Menonton film seri Dokter Kartika. Itu loh film tahun 80-an yang ditayangkan di TVRI dan dibintangi Dewi Yul dan Dwi Yan.
- Membaca kisah Butet Manurung.
- Menonton Eagles Award Metro TV.
- Menontong film Saving Private Ryan.
- Mendengar cerita Teh Icha dan Teh Nana (kakak kelas saya Fa'99) sebagai relawan setelah terjadi gempa besar Aceh tahun 2004.
- Mendengar cerita dokter Zulaehah, dokter keluarga saya yang dua bulan berada di Papua.
- Melihat Konflik Israel-Palestina.

Saya iri sama teman-teman dokter iri karena kantor lebih suka memberikan bonus dan fasilitas wah pada dokter yang meresepkan obat kami dibandingkan pada karyawannya. "Sedikit" jiwa petualang saya iri karena teman-teman dokter pasti tetap mempunyai porsi dan sangat berguna pada kondisi-kondisi darurat dibandingkan profesi saya sekarang apoteker. Contohnya, di daerah pedalaman yang tidak ada fasilitas kesehatannya, dokter bisa mendiagnosis, menginjeksi, memberikan obat. FYI, jika tidak ada apotek di sekitarnya, dokter diperkenankan dispensing/memberikan obat. Kalau di tempat yang ada apotek dalam jarak yang wajar, dokter dispensing tidak boleh dispensing.
Nah, apoteker gak mungkin bekerja tanpa dokter di pedalaman. Apoteker bisa membantu memberikan saran medis seputar penyakit ringan dalam rangka pengobatan mandiri (self medication) atau dalam penggunaan obat-obat bebas dan alat kesehatan. Tapi, kalau ada serangan jantung, tumor jinak, persalinan... Yah, gak mungkin toh. Atau misal pada lokasi konflik dan perang. Dokter mempunyai kemampuan untuk melakukan tindakan-tindakan pertolongan pertama seperti CPR, operasi, injeksi morfin. Apoteker ngapain ya? Apoteker mungkin berguna untuk mengelola persediaan obat. Tapi saat genting, informasi obat tak terlalu dibutuhkan.

Begitu uneg-uneg ini saya ceritakan ke Defa, dia sampai pada kesimpulan memang porsinya apoteker itu pada saat kondisi sudah kondusif. (Di situasi damai di Indonesia aja belum dirasakan manfaatnya secara langsung di apotek)
Ho oh, emang. Kemudian aku nanya, "Kuat ga ya aku bekerja di daerah konflik gitu (dengan tensi tinggi dan resiko kematian)?"
Defa jawab, "Pada kondisi seperti itu pasti daya survival kita muncul."
Who knows ya?

Sudah berhenti berkhayal dulu. Hal yang lebih penting adalah mencintai pekerjaanku dan berbuat yang terbaik untuk owner masyarakat.

Comments

Unknown said…
Jangan kecil hati. Saya yang lagi PTT aja ngomel lantaran apotek di depan rumah saya ngga ada apotekernya. (Please read "Toko Obat Macam Apa Ini?" di www.georgetterox.blogspot.com.) Kami para dokter tetap butuh apoteker, buat ngelola stok obat, pembuatan obat, dan sumber info pasien tentang pemakaian obat. Dispensing hanya dilakukan kalo kepepet, terutama lantaran apoteker masih dikit banget di daerah-daerah terpencil..
swestika said…
I've read it..

Saat ini, sudah dimulai era apoteker membenahi perannya di apotek. Dan akan lebih bermanfaat untuk masyarakat, jika dokter dan apoteker bisa bekerja sama.

Viva!
Anonymous said…
Hati-hati ah dengan tulisan yang dicoret itu loh...
Hasti said…
Sebenernya, banyak juga apoteker yang aktif di masyarakat maybe kitanya aja yg gak tau..., kita lebih banyak berinteraksi dg apoteker ya aktif di belakang meja or yang jualan ajach...

Popular Posts