Pikun

Alkisah seorang ibu yang belum terlalu renta, terbukti dengan kecekatannya menepuk 3 ekor lalat yang berseliweran hingga mati. Lalat loh bukan nyamuk. Ibu yang menimbulkan berbagai rasa seperti kejadian berikut yang aslinya berbahasa sunda.
"
Neng, Ibu suka lupa nyimpen sandal dimana, jadi pulang dari mesjid suka nyari-nyari sandal ibu. Jadi sekarang sandal ama ibu di simpen di tas." Ujarnya sambil mengeluarkan plastik berisi sandal dalam tasnya.
"
O,ya Bu. Simpan lagi aja sandalnya. Sok tutup lagi aja tasnya. Nanti, kalau acaranya dah selesai saya ngasih tau Ibu sandalnya di mana" Jawab seorang anak perempuan cantik yang sedang konsentrasi di sebelahnya.
Beberapa lama kemudian, dia membuka kembali tasnya dan berkata hal yang sama atau malah bertanya, "Dimana Ibu nyimpen sandal?"
Si anak perempuan berusaha cool menghadapi kelakuan si ibu selama hampir lima jam di sebelahnya. Yah, agar si Ibu tetap betah tinggal sampai acara selesai. Ingat akan ceritanya mamanya, kalau si Ibu pernah pulang sendiri dari tempat yang sama di pagi buta dan lupa jalan pulangnya. Untung ada orang baik yang mengantarkan sementara si suami kelimpungan mencari.

***

Si anak perempuan sepanjang malam itu kemudian berdoa semoga dia dan keluarganya tidak mengalami sakit seperti itu. Kemudian dia berpikir, betapa berat keluarga ibu itu merawatnya. Perlu ekstra sabar untuk menghadapi orang tua yang kemudian berubah seperti bayi tanpa disadarinya.
Ah, pikun itu bukan suatu hal normal. Pikun itu penyakit dan harus dilawan. Jika hal itu terjadi, keluarga dan orang-orang di sekelilingnya harus berusaha agar keadaan otaknya tidak memburuk. Tak bisa memarahi orang seperti itu, berilah kasih sayang. Dan stimulasi terus agar otaknya terus bekerja.

***

Tahukah apa yang paling ditakutkan dari kondisi seperti itu? Takut lupa sebagai hamba...
Naudzubillahi min dzalik........


Ah, kalau web serambi sehat dah launch, aku link postingan ini ke artikelnya Anna tentang Alzheimer.. sayang, belon jadi.

Comments

Popular Posts