Masa Lalu: Jejak yang Enggan Kembali

Percakapan dua orang di depan saya di angkot pagi ini membuat pikiran menerawang,

“**** pelupa banget, saking banyak pikiran mungkin. Manaa hp saya? Nyari teh pake dimiskol dulu.”

Mendengar nama dan kebiasaan itu, saya teringat dia, masa lalu, ditambah dengan cerita lain kedua orang itu yang sangat akrab dengan dunia pekerjaan si dia.

Lain lagi minggu lalu, saya bertemu seorang kenalan yang tiba-tiba bicara,

“Mas ini istrinya sedang hamil, sebentar lagi anaknya dua lho.”

Saya tanggapi santai, tapi agak menggelitik mengingat ada hal lain yang bisa diceritakan kenapa harus berita tentang dia, orang lain lagi dari masa lalu.

Bicara tentang masa lalu yang tak bisa diulang. Jika indah, kita akan selalu berusaha mengenangnya. Lihat saja foto wisuda, album pernikahan, video kelahiran. Detik-detik yang indah itu kita usahakan tidak benar-benar hilang. Bagaimana bila masa lalu itu pahit dan sakit atau suatu bentuk kesalahan, yang kita tidak berniat menyimpannya??


masa lalu, masa kini dan masa depan
sekarang berasal dari masa lalu
saat ini untuk esok hari
rangkaian chapter dari satu novel
jelujur benang dari helaian kain

Dua masa lalu yang terlintas tadi, walaupun bukan kenangan manis saya tak benar-benar berniat melupakannya. Saya hanya berusaha berdamai dan memaafkan diri sendiri. Sebuah proses untuk tidak lagi merasakan sakit hati karena musibah atau kesalahan masa lalu. Menyadari bahwa setiap yang saya lalui adalah bagian dari taqdir, selama saya telah melakukan yang seharusnya pada taqdir itu. Bersyukur saat bahagia, istirja saat mendapat musibah, sabar ketika diuji dan bertaubat ketika salah.
Jadi untuk saya, masa lalu menjadi masa lalu yang tak pernah kembali tapi tidak benar-benar hilang. Semua hikmah harus tersimpan dalam memory saya.

Dan kamu, who could be my future, tolong terima aku apa adanya ya!! Termasuk masa lalu yang seperti katamu, tak perlu sengaja ditutupi terus-menerus.

Comments

Popular Posts