Mendaftar Beasiswa AAS

Sekolah di luar negeri adalah salah satu impian saya setelah lulus kuliah. Faktor pengaruh lingkungan yaitu teman-teman kuliah dan SMA saya yang satu persatu terdengar kabarnya sedang study abroad dan pengaruh novel terpopuler saat itu yaitu Laskar Pelangi yang mendorong saya mempunyai keinginan itu. Pengen sekolah S2 di tempat luar negeri, simply karena ingin merasakan pengalaman baru sama seperti teman-teman saya. Maklum, saat itu saya mungkin masih alay galau di usia awal 20an (okeh, 21 tepatnya 😁), sekitar tahun 2005.
Sebenarnya keinginan saya itu mungkin cukup terlambat. Saya pengen keluar negeri tapi belum lancar bahasa Inggris, TOEFL score di bawah 500, padahal saya sudah bekerja. Saya belum pernah les atau kursus bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan saya. Padahal saya sekolah di SMA dan uni yang ternama, yang mayoritas siswanya ya ikutan les bahasa Inggris.
Kelemahan saya dalam berbahasa Inggris saya sadari banget karena saya bekerja sebagai International regulatory affairs officer di salah satu perusahaan industri obat. Bos saya juga orang India yang belum bisa bahasa Indonesia. Meeting dengan direktur dan tim dilakukan dalam bahasa Inggris.
Saya dulu pede gak pede deh. Saya belajar dari kolega saya satu tim. Saya kemudian memutuskan mengikuti kursus dari dasar di EF dan LIA sekitar tahun 2007-2008. Saya satu kelas dengan anak-anak SMA dan kuliah. Saya pernah mengambil satu kursus intensif dengan guru yang juga tetangga saya untul menuelesaikan satu buku TOEFL. Hasilnya di tahun 2009, TOEFL prediction score saya sekitar 540an. Yah, it's not bad lah. 
Saya kemudian menikah, pindah kota kemudian menjadi PNS BBPK Makassar. Impian melanjutkan sekolah keluar negeri tak hanya menjadi impian saya tapi menjadi impian kami. Saya dan suami mulai memfokuskan diri mencari beasiswa.
Kesempatan terbuka pada suatu hari di bulan April 2013 ada surat edaran tentang beasiswa AAS dari BPPSDM Kesehatan Kemenkes. Saya waktu itu baru pulang dinas luar dari Solo. Surat edaran itu datang terlambat, saya hanya punya sekitar satu atau dua hari untuk mempersiapkan semua dokumen. Tapi akhirnya terkirim juga.
Well, saat itu ada beberapa kendala yang saya hadapi. Resistensi kantor karena saat itu saya masih dalam daftar tunggu untuk dapat jatah Tugas Belajar (anak baru, baru 2 tahun resmi PNS), belum ada TOEFL score dll. Saya menghubungi beberapa pihak untuk menyelesaikannya. TOEFL bisa menyusul dan saya menggunakan hasil predictive TOEFL tahun 2012.    
Mendaftar beasiswa lewat kantor itu berjenjang seperti umumnya pengurusan jalur birokrasi. Saya mengisi berkas ke Eselon I (which is BPPSDM) dan mereka setuju, mereka mengirimkannya ke Pustanserdik. Saya menunggu hasil seleksi di Pustanserdik Kemenkes dan akhirnya menerima kabar kalau saya masuk list untuk dikirimkan berkasnya ke AAS (Mei 2013). Untuk tahu saya masuk list juga sudah satu drama tersendiri. Tapi, akhirnya in the end of the story, resmilah saya mendaftar beasiswa AAS jalur public tahun 2013.
(Eh, ini baru daftar 😜)
Di atas ini ceritanya personal sekali, baiklah saya sedikit gambarkan tentang alur pendaftaran beasiswa untuk applicant jalur public sector di bawah Kementerian Kesehatan.
- AAS biasanya mempunyai program Priority Development Areas (PDA) untuk negara yang dibantu dan khusus untuk Indonesia dibagi menjadi 4 fields of study, yaitu Sustainable Growth and Economic Management, Democracy Justice and Good Governance, Investing in People dan Safety and Peace. Untuk jalur public sector, AAS bekerja sama dengan Kementerian/ NGOs sesuai field of Study yang jadi goals pada tahun yang bersangkutan. Kementerian Kesehatan adalah salah nominator yang menjadi partner AAS.
- Di Kementerian Kesehatan yang mempunyai tupoksi untuk meningkatkan SDM Kesehatan melalui tugas belajar adalah Pustanserdi di bawah BPPSDM Kesehatan. Jadi, AAS biasanya langsung kontak dengan Pustanserdik.
- Informasi beasiswa dari AAS (dan lembaga donor lain) akan disampaikan ke Pustanserdik yang kemudian akan menyampaikannya ke SesBadan PPSDM Kesehatan. Kemudian informasi akan menyebar melalui Eselon 1 yang kemudian akan disampaikan secara bertingkat ke Eselon di bawahnya hingga ke UPT.
Bisa dibayangkan proses informasinya berbelit-belit.
- Selanjutnya, berkas beasiswa kita akan dikirim secara bertingkat dari Kantor Eselon 3, 2 hingga 1. Dari Eselon 1 akan disampaikan ke Pustanserdik.
- Pustanserdik akan memeriksa eligibilitas applicant sesuai persyaratan umum tugas belajar PNS dan kesesuaian jurusan yang diminati dengan kebutuhan. Saya dengar his, Kemenkes punya kuota tertentu tetapi saya rasa Pustanserdik hanya melihat kelengkapan berkas kita.
- Pustanserdik akan mengirimkan berkas kita ke AAS.
- Saya mengetahui AAS telah menerima berkas saya karena menerima undangan workshop research plan dan pengisian formulir (Juni 2013).
- Salah satu kelebihan karena dinominasikan dari targeted sector, saya bahkan bisa memperbaiki formulir berkas setelah mengikuti workshop tersebut, tetapi tetap dikirimkan sebelum deadline (Juli 2013).
- Setelah itu menunggu proses pengumuman tahap 1 tiba (November 2013).

Comments

Popular Posts